Catat Ini Hari Tanpa Bayangan Terjadi di Indonesia, Apakah Kotamui Masuk?  Berikut Cek Penjelasan Ilmiahnya

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM)- Bayangan adalah fenomena yang tak terelakkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Mereka adalah hasil dari cahaya yang terhalang oleh suatu objek, dan kita seringkali menganggapnya sebagai bagian yang tidak terlalu penting dalam perjalanan hidup kita. Namun, jika kita memperhatikan lebih dekat, bayangan sebenarnya memiliki makna yang dalam dan beragam dalam berbagai aspek kehidupan.

Cahaya dan Bayangan

Penting untuk memahami bahwa bayangan terbentuk karena cahaya bergerak dalam garis lurus. Ketika cahaya memantul dari objek atau melewati objek, bayangan terbentuk pada permukaan yang berlawanan dengan arah cahaya. Ini adalah dasar dari fenomena bayangan yang kita alami setiap hari. Ketika matahari terbit, bayangan kita memanjang ke arah yang berlawanan dari matahari; ketika matahari tenggelam, bayangan kita menjadi lebih pendek. Inilah sebabnya mengapa bayangan bisa menjadi indikator waktu yang sederhana di beberapa masyarakat tradisional.

Dalam berbagai budaya di seluruh dunia, bayangan memiliki simbolisme yang berbeda-beda. Di beberapa budaya, bayangan dianggap sebagai perwujudan roh atau makhluk gaib. Dalam mitologi Yunani, bayangan adalah entitas yang terpisah dari tubuh manusia. Di beberapa budaya Asia, bayangan digunakan dalam seni pertunjukan tradisional seperti wayang kulit. Dalam kebudayaan populer, bayangan sering digunakan dalam cerita horor sebagai simbol ketakutan dan mister

 

 

Tanpa Banyangan

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan sejumlah wilayah di Indonesia, akan mengalami fenomena hari tanpa bayangan . Menurut BMKG, fenomena ini terjadi ketika Matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit yang dikenal dengan kulminasi atau transit atau istiwa. Saat itu deklinasi Matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai kulminasi Utama. 

"Pada saat itu, Matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat 'menghilang', karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Karena itu, hari kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan," kata BMKG dalam keterangannya, dilansir sindonewsa.com, Kamis (31/8/2023). 

BMKG menambahkan, fenomena kulminasi bisa terjadi karena bidang ekuator bumi atau bidang rotasi bumi tidak tepat berimpit dengan bidang ekliptika atau bidang revolusi bumi. Kondisi ini mengakibatkan posisi matahari dari bumi akan terlihat terus berubah sepanjang tahun antara 23,5 derajat Lintang Utara (LU) sampai dengan 23,5 derajat Lintang Selatan. 

Hal ini disebut, sebagai gerak semu harian matahari. Pada tahun ini kata BMKG, matahari tepat berada di khatulistiwa pada 21 Maret 2023 pukul 04.24 WIB dan 23 September 2023 pukul 13.50 WIB. Adapun pada 21 Juni 2023 pukul 21.57 WIB Matahari berada di titik balik Utara dan pada 22 Desember 2023 pukul 10.27 WIB Matahari berada di titik balik Selatan. 

BMKG menjelaskan, mengingat posisi Indonesia berada di sekitar ekuator, kulminasi utama di wilayah Indonesia akan terjadi dua kali dalam setahun. Waktunya tidak jauh dari saat matahari berada di khatulistiwa.

 “Khusus untuk kota Jakarta, fenomena ini terjadi pada 5 Maret 2023, yang kulminasi utamanya terjadi pada pukul 12.04 WIB, dan pada 9 Oktober 2023, yang kulminasi utamanya terjadi pada pukul 11.40 WIB," jelas BMKG. Berikut, jadwal hari tanpa bayangan 2023 di Indonesia:

 1. Banda Aceh: 9 September 2023, pukul 12.36 WIB 

2. Medan: 14 September 2023, pukul 12.21 WIB 

3. Padang, 25 September 2023, pukul 12.10 WIB 

4. Pekan Baru: 22 September 2023, pukul 12.07 WIB 

5. Bengkulu: 3 Oktober 2023, pukul 12.00 WIB 

6. Jambi: 27 September 2023, pukul 11.56 WIB 

7. Tanjung Pinang: 21 September 2023, pukul 11.55 WIB 8. Palembang: 1 Oktober 2023, pukul 11.50 WIB 

9. Bandar Lampung: 7 Oktober 2023, pukul 11.46 WIB 

10. Pangkal Pinang: 29 September 2023, pukul 11.46 WIB 11. Serang: 9 Oktober 2023, pukul 11.42 WIB 

12. Jakarta Pusat: 9 Oktober 2023, pukul 11.40 WIB 

13. Bandung: 11 Oktober 2023, pukul 11.36 WIB 

14. Semarang: 11 Oktober 2023, pukul 11.25 WIB 

5. Yogyakarta: 13 Oktober 2023, pukul 11.24 WIB 

16. Surabaya: 12 Oktober 2023, pukul 11.15 WIB 

17. Pontianak: 23 September 2023, pukul 11.35 WIB 

18. Palangka Raya: 29 September 2023, pukul 11.14 WIB 19. Banjarmasin: 2 Oktober 2023, pukul 12.11 WITA 

20. Samarinda: 24 September 2023, pukul 12.03 WITA 21. Tanjung Selor: 16 September 2023, pukul 12.05 WITA 22. Denpasar: 16 Oktober 2023, pukul 12.04 WITA 

23. Mataram: 15 Oktober 2023, pukul 12.01 WITA 

24. Kupang: 20 Oktober 2023, pukul 11.30 WITA 

25. Mamuju: 30 September 2023, pukul 11.54 WITA 

26. Makassar: 6 Oktober 2023, pukul 11.50 WITA 

27. Palu: 25 September 2023, pukul 11.52 WITA 

28. Kendari: 3 Oktober 2023, pukul 11.39 WITA 

29. Gorontalo: 22 September 2023, pukul 11.40 WITA 

30. Manado: 19 September 2023, pukul 11.34 WITA 

31. Sofifi: 21 September 2023, pukul 12.23 WIT 

32. Ambon: 3 Oktober 2023, pukul 12.16 WIT 

33. Manokwari: 25 September 2023, pukul 11.55 WIT 

34. Jayapura: 30 September 2023, pukul 11.27 WIT.***